Perokok Muda Cenderung Terlibat dalam Kelompok Pertemanan Kurang Baik
Kamis, 2 Oktober 2025 09:05 WIB
Mereka menghadapi stigma sosial dari masyarakat yang semakin sadar akan dampak negatif rokok terhadap diri sendiri dan orang lain.
***
Wacana ini ditulis oleh Amanda Aulia Putri, Luthfiah Mawar M.K.M., Helsa Nasution, M.Pd., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Nadia Saphira, Amanda Aulia Putri, Naysila Prasetio, Winda Yulia Gitania Br Sembiring, dan Annisa Br Bangun dari IKM 5 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.
Hasil wawancara kualitatif dengan sejumlah remaja di beberapa sekolah menengah menunjukkan bahwa merokok telah menjadi fenomena sosial yang semakin meresap pada usia muda. Masa remaja adalah fase penting dalam kehidupan, ketika tubuh dan pikiran sedang mengalami pertumbuhan dan pembentukan jati diri.
Pada periode ini, banyak remaja terjerumus pada kebiasaan berisiko, termasuk merokok, yang sering dianggap sebagai simbol kedewasaan atau cara untuk menyesuaikan diri dengan kelompok sebaya. Fenomena ini mengandung risiko serius bagi kesehatan karena rokok mengandung ribuan senyawa kimia berbahaya yang dapat merusak organ vital, melemahkan sistem imun, serta memicu penyakit kronis pada usia muda.
Salah satu zat paling berbahaya adalah nikotin, senyawa psikoaktif yang menimbulkan kecanduan. Remaja yang mulai merokok sangat berisiko mengalami ketergantungan dini, sehingga sulit menghentikan kebiasaan tersebut seiring berjalannya waktu. Tar, residu lengket berwarna coklat atau kuning yang dihasilkan saat tembakau dibakar, juga mengandung banyak senyawa karsinogenik yang dapat menempel pada jaringan paru-paru.
Selain itu, karbon monoksida, gas beracun tanpa warna dan bau, terbentuk akibat pembakaran tembakau yang tidak sempurna, mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen dan memaksa jantung bekerja lebih keras.
Dampak paling nyata terlihat pada sistem pernapasan. Merokok merusak jaringan paru-paru, menurunkan kapasitas vital, serta memicu batuk kronis dan sesak napas. Kebiasaan ini dapat menghambat fungsi pernapasan secara permanen, sekaligus meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, tekanan darah tinggi, stroke, dan kanker paru-paru di masa dewasa. Kerusakan organ vital sejak remaja mempercepat munculnya komplikasi kesehatan yang biasanya terjadi di usia lebih tua.
Kesehatan mulut dan gigi juga menjadi korban. Remaja perokok lebih rentan mengalami bau mulut, perubahan warna gigi, radang gusi, bahkan kanker mulut. Penurunan kadar oksigen dalam darah akibat merokok membuat tubuh lebih cepat lelah, mengganggu aktivitas sehari-hari, dan menurunkan kualitas hidup. Dari perspektif sosial dan ekonomi, uang yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan penting justru habis untuk membeli rokok.
Di sisi sosial, perokok muda cenderung terlibat dalam kelompok pertemanan yang kurang sehat, meningkatkan risiko perilaku berbahaya lain seperti konsumsi alkohol atau narkoba. Mereka menghadapi stigma sosial dari masyarakat yang semakin sadar akan dampak negatif rokok terhadap diri sendiri dan orang lain.
Selain dampak langsung pada kesehatan, rokok juga menimbulkan masalah lingkungan. Puntung rokok mengandung bahan kimia beracun yang dapat mencemari tanah dan air. Remaja yang merokok di kendaraan, baik motor maupun mobil, memperburuk konsentrasi zat beracun karena asap terperangkap di ruang sempit. Praktik ini tidak hanya membahayakan perokok, tetapi juga orang di sekitarnya. Aktivitas merokok sambil mengemudi juga meningkatkan risiko kecelakaan karena mengganggu konsentrasi.
Efek jangka panjang merokok pada remaja mencakup gangguan perkembangan otak, terutama di prefrontal cortex yang mengatur pengendalian diri, fokus, dan pengambilan keputusan. Paparan nikotin dapat mengganggu proses maturasi saraf, meningkatkan impulsivitas, dan memicu kecanduan zat berbahaya di masa depan.
Oleh karena itu, kebiasaan merokok pada remaja bukan sekadar masalah individu, tetapi merupakan persoalan sosial yang berimplikasi luas. Mayoritas perokok dewasa memulai kebiasaan ini sejak usia remaja, sehingga pencegahan pada kelompok ini secara langsung berarti mencegah lahirnya generasi perokok berikutnya.
Intervensi pencegahan harus melibatkan keluarga, sekolah, dan lingkungan. Edukasi yang intensif dan nyata, misalnya melalui kesaksian mantan perokok, dapat meningkatkan kesadaran. Keteladanan dari orang tua dan figur lingkungan juga menjadi faktor kunci, karena remaja cenderung meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya. Implementasi aturan tegas seperti larangan merokok di sekolah, area publik, dan kendaraan umum menjadi strategi penting untuk melindungi remaja sekaligus membentuk budaya hidup sehat.
Kesimpulannya, merokok pada usia remaja membawa konsekuensi serius terhadap kesehatan fisik, perkembangan mental, kualitas hidup, dan masa depan generasi muda. Kesadaran individu, dukungan keluarga, serta pendidikan intensif dari sekolah dan masyarakat menjadi fondasi utama untuk menahan dan mencegah perilaku merokok. Remaja yang mampu menjauhi rokok sejak dini memiliki peluang lebih besar untuk tumbuh menjadi generasi sehat, produktif, dan siap menghadapi tantangan hidup secara optimal.
Corresponding Author: Amanda Aulia Putri ([email protected])

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Menata Masa Depan Planet dengan Bijak
Kamis, 2 Oktober 2025 21:17 WIB
Gaya Hidup Instan dan Penyakit Kronis di Usia Muda
Kamis, 2 Oktober 2025 13:25 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler